Encoding
Teknik Encoding Polar
Sinyal polar adalah elemen-elemen sinyal dimana salah satu logic
statenya diwakili oleh level tegangan positif dan yang lainnya oleh level
tegangan negatif. Jenis
pengkodean polar menggunakan 2 (dua) buah level tegangan yaitu –V dan +V
(tegangan positif dan negatif) untuk menyatakan data biner dengan nilai 0 dan
1.
NRZ-L (Non-Return to Zero Low)
Level +V digunakan untuk menyatakan data
biner 0, sedangkan level tegangan –V digunakan untuk menyatakan data biner 1.
NRZ-I (Non-Return to Zero Inverted)
Representasi level –V atau
+V menyatakan adanya perubahan data biner dari menuju logika 1. Artinya, setiap
ada perubahan urutan data biner dari 0 ke 1 atau 1 ke 1, maka level tegangan
akan berubah dari sebelumnya. Misalkan level sebelumnya +V maka perubahan bit 0
ke 1 atau 1 ke 1 menyebabkan levelnya menjadi –V dan sebaliknya jika level
sebelumnya –V maka perubahan data biner dari 0 ke 1 atau 1 ke 1 menyebabkan
levelnya berubah menjadi +V. Perubahan data dari 0 ke 0 dan 1 ke 0 tidak akan
menyebabkan perubahan level tegangan.
RZ (Return to Zero )
Pengkodean saluran jenis
Return to Zero (RZ) menggunakan level –V dan +V dengan transisi di pertengahan
bit data biner. Data biner 0 dinyatakan dengan transisi dari level –V menuju
0V, sedangkan data biner 1 dinyatakan dengan transisi dari level +V menuju 0V.
Contoh pengkodean saluran jenis RZ ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Manchester
Pengkodean
Manchester menggunakan level –V dan +V dengan transisi ditengah-tengah bit data
biner. Data biner 0 dinyatakan dengan transisi level tegangan dari +V menuju
–V, sedangkan data biner 1 dinyatakan dengan transisi level tegangan dari –V
menuju +V.
Differential Manchester
Pengkodean Differential
Manchester merupakan modifikasi pengkodean Manchester, dimana letak transisi
level tegangan dari –V menuju +V atau sebaliknya yaitu +V menuju –V dipengaruhi
oleh data biner. Data biner 0 ditandai dengan transisi level tegangan terletak
diawal interval data bit, sedangkan data biner 1 ditandai dengan transisi level
tegangan terletak ditengah interval bit dari data.
Teknik encoding unipolar
Kode ini menggunakan hanya
satu non-zero dan satu zero level tegangan, yaitu untuk logika 0 memiliki level
zero dan untuk logika 1 memiliki level non-zero. Implementasi unipolar line
codingmerupakan pengkodean sederhana, akan tetapi terdapat dua permasalahan
utama yaitu akan muncul komponen DC dan tidak adanya sikronisasi untuk
sekuensial data panjang baik untuk logika 1 atau 0.
Teknik Encoding
Bipolar (Bipolar Encoding Technique)
Pengkodean bipolar yaitu
pengkodean dengan menggunakan 3 (tiga) buah level tegangan yaitu –V, 0V, dan +V
untuk menyatakan data biner.
Bipolar-AMI
Pengkodean Bipolar-AMI
menggunakan level tegangan 0V untuk menyatakan data biner 0, sedangkan data
biner 1 dinyatakan dengan level tegangan –V dan +V secara bergantian.
Bipolar 8 Zeros Substitution
·
Bipolar
dengan 8 Zeros Substitution
·
Berdasarkan bipolar-AMI
·
Apabila
terdapat 8 level tegangan nol berurutan, maka kedelapan level tegangan tersebut
disubstitusi oleh level tegangan 000VB0VB
Keterangan :
·
V
= Valid bipolar signal
·
B = Bipolar violation
High Density Bipolar 3 Zeros
·
Berdasarkan
bipolar-AMI
·
Jika jumlah sinyal tidak nol
setelah substitusi terakhir adalah ganjil, maka substitusi dilakukan dengan
menggunakan level tegangan 000V.
·
Jika
jumlah sinyal tidak nol setelah substitusi terakhir adalah genap, maka
substitusi dilakukan dengan menggunakan level tegangan B00V.
Satelit
Satellite
merupakan alat dalam orbit bumi yang berfungsi khusus untuk menerima atau
menghantarkan data secara nirkabel (tanpa kabel). berkomunikasi melalui
frekuensi radio.
Komunikasi satelit mirip dengan line-of-sight microwave (transmisi mengikuti garis lurus/LoS), hanya saja salah satu stasiunnya, yaitu satelit, mengorbit di atas bumi. Satelit berfungsi seperti antena dan repeater yang sangat tinggi. Sebagai repeater, berfungsi untuk menerima signal gelombang microwave dari stasiun bumi, ditranslasikan frequensinya, kemudian diperkuat untuk dipancarkan kembali ke arah bumi sesuai dengan coveragenya, seperti lokasi stasiun tujuan atau penerima.
Satelit adalah suatu Station Relay atau Repeater gelombang microwave yang diorbitkan di angkasa, berfungsi untuk menerima, memperkuat atau mengulangi sinyal radio dengan bidang frekuensi tertentu dari bumi setelah diperkuat dan diubah ke bidang frekuensi yang berbeda. Satelit memerlukan orbit Geo-stationary, tinggi 35,784 km. Selain itu ada juga yang menggunakan orbit Geosynchronus, sebagaimana yang digunakan oleh satelit Intelsat dan Palapa. (William Stallings, Data and Computer Communications 7th Edition).
Komunikasi satelit mirip dengan line-of-sight microwave (transmisi mengikuti garis lurus/LoS), hanya saja salah satu stasiunnya, yaitu satelit, mengorbit di atas bumi. Satelit berfungsi seperti antena dan repeater yang sangat tinggi. Sebagai repeater, berfungsi untuk menerima signal gelombang microwave dari stasiun bumi, ditranslasikan frequensinya, kemudian diperkuat untuk dipancarkan kembali ke arah bumi sesuai dengan coveragenya, seperti lokasi stasiun tujuan atau penerima.
Satelit adalah suatu Station Relay atau Repeater gelombang microwave yang diorbitkan di angkasa, berfungsi untuk menerima, memperkuat atau mengulangi sinyal radio dengan bidang frekuensi tertentu dari bumi setelah diperkuat dan diubah ke bidang frekuensi yang berbeda. Satelit memerlukan orbit Geo-stationary, tinggi 35,784 km. Selain itu ada juga yang menggunakan orbit Geosynchronus, sebagaimana yang digunakan oleh satelit Intelsat dan Palapa. (William Stallings, Data and Computer Communications 7th Edition).
Kehadiran sistem komunikasi satelit tidak lepas dari teknologi wireless-access, yakni teknologi radio yang menggantikan kabel lokal (local loop). Hingga dalam daerah cakupan tertentu seseorang masih bisa berkomunikasi sekalipun dalam keadaan bergerak. Teknologi wireless-access didasari sistem jaringan radio terestrial. Dimana yang satu dengan yang lainnya terkait dengan suatu jaringan yang terhubung dengan jaringan telepon tetap (PSTN = Public Switch Telephone Network). Sehingga daerah yang tidak terhubung dengan jaringan telepon sangat sulit mendapatkan informasi dari dunia luar.
Untuk menjangkau daerah-daerah yang jauh dari perkotaan tersebut, Maka sistem wireless-access dapat direkayasa dengan menggunakan sistem komunikasi satelit. Sehingga akses informasi ke daerah-daerah tertinggal tidak terputus. Karena akses kominukasi satelit bisa menjangkau daerah-daerah yang berada di luar jangkauan BTS yang jangkauannya terbatas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Ada dua
bagian penting dari satelit yakni space segmen (bagian yang berada di angkasa)
dan ground segmen (biasa disebut stasiun bumi). Seperti di tunjukkan oleh
gambar di bawah ini. Dimana ada transmisi dari satelit pemerima bumi yang
dikirimkan ke satelit pemancar yang berada di luar angkasa (uplink) ataupun
sebaliknya (downlink) yang memungkinkan satelit pemancar mengirimkan data pada
satelit penerima yang berada di permukaan bumi.
Kelebihan jaringan satelit
1.
Koneksi dimana saja. Tidak perlu LOS (Line of Sigth) dan tidak ada
masalah dengan jarak,
2.
Jangkauan cakupannya yang luas baik nasional, regional maupun
global,
3.
Pembangunan infrastrukturnya relatif cepat untuk daerah yang luas, dibanding
teresterial,
4.
Komunikasi dapat dilakukan baik titik ke titik maupun dari satu titik ke banyak
titik secara broadcasting, multicasting,
5.
Kecepatan bit akses tinggi dan bandwidth lebar,
6.
VSAT bisa dipasang dimana saja selama masuk dalam jangkauan satelite,
7.
Handal dan bisa digunakan untuk koneksi voice, video dan data, dengan
menyediakan bandwidth yang lebar,
8. Jika ke
internet jaringan akses langsung ke ISP/ NAP router dengan keandalannya
mendekati 100%,
9.
Sangat baik untuk daerah yang kepadatan penduduknya jarang dan belum mempunyai
infrastuktur telekomunikasi.
Kelemahan jaringan satelit
1. Besarnya throughput akan
terbatasi karena delay propagasi satelite geostasioner.
Kini berbagai teknik protokol link sudah dikembangka sehingga dapat mengatasi
problem tersebut. Diantaranya penggunaan Forward Error Correction yang
menjamin kecilnya kemungkinan pengiriman ulang,
2. Waktu
yang dibutuhkan dari satu titik di atas bumi ke titik lainnya melalui satelite
adalah sekitar 700 milisecond (latency), sementara leased line hanya
butuh waktu sekitar 40 milisecond. Hal ini disebabkan oleh jarak yang harus
ditempuh oleh data yaitu dari bumi ke satelite dan kembali ke bumi. Satelite
geostasioner sendiri berketinggian sekitar 36.000 kilometer di atas permukaan
bumi.
3. Sangat
sensitif cuaca dan Curah Hujan yang tinggi, Semakin tinggi frekuensi sinyal
yang dipakai maka akan semakin tinggi redaman karena curah hujan.
4. Rawan
sambaran petir gledek.